AllBestEssays.com - All Best Essays, Term Papers and Book Report
Search

Memahami Sikap Singapura Menyimpan Koruptor Indonesia "sebuah Refleksi Sikap Moral Utilitarianisme Tradisional"

Essay by   •  December 2, 2011  •  Research Paper  •  1,849 Words (8 Pages)  •  1,994 Views

Essay Preview: Memahami Sikap Singapura Menyimpan Koruptor Indonesia "sebuah Refleksi Sikap Moral Utilitarianisme Tradisional"

Report this essay
Page 1 of 8

LATAR BELAKANG MASALAH

Sebuah berita singkat dari negeri Singapura ditulis di media online REPUBLIKA pada tanggal 18 Juni 2011. Berita ringan tapi sangat berbobot nilai moral yang diusung.[1]

Kesan pertama saat membaca berita ini, betapa luar biasa negara Singapura dalam menegakkan nilai-nilai moral. "Hanya" oleh karena terbunuhnya seekor burung, bisa menggerakkan warganya memburu si pembunuh. Bisa dibayangkan bagaimana ceritanya jika yang terbunuh seorang manusia, pasti sikap moral warga Singapura jauh lebih dahsyat lagi, mungkin sampai ke ujung dunia, si pembunuh tersebut akan dikejar.

Hal lain yang sungguh luar biasa ketika mendengar / membaca berita mengenai prestasi Singapura dalam menjalankan pemerintahannya tanpa adanya praktek korupsi. Berdasar penilaian lembaga Transparency International, Singapura menempati peringkat teratas di kawasan Asia dalam mewujudkan pemerintahan yang bebas dari praktek korupsi.

Namun ada hal lain yang menurut penilaian bangsa Indonesia ada yang tidak benar dengan moralitas bangsa Singapura mengenai korupsi. Tercatat dalam sejarah, para koruptor Indonesia hidup aman dan nyaman di Singapura. Haris Supriyanto dalam media www.inilah.com tanggal 18 Juni 2011 menulis; "Dalam 10 tahun terakhir ini, sedikitnya 25 tersangka ataupun calon tersangka (korupsi) meninggalkan Indonesia dan melompat ke Singapura sehingga petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Polri yang menguntit mereka sulit menyeret mereka pulang ke Tanah Air. Tidak adanya perjanjian ekstradisi antar kedua negara bertetangga itu seolah menjadi karang penghalang upaya menangkap atau membawa paksa para penjahat atau tersangka penjahat penggerogot uang negara itu."[2]

PERUMUSAN MASALAH

Dalam hal korupsi, Singapura secara internasional diakui sebagai negara yang bersih dari tindakan korupsi. Namun di sisi lain, Singapura merupakan negara yang "menikmati" hasil korupsi dari negara Indonesia. Singapura terkesan melindungi para koruptor kelas kakap dari Indonesia. Akankah seorang pembunuh burung merpati liar di Singapura lebih jahat dibandingkan seorang koruptor yang nota bene adalah seorang "pembunuh massal" peradaban umat manusia ? Mengapa Singapura bersikap menyimpan para koruptor Indonesia di negerinya ?

LANDASAN TEORI ; Utilitarianisme

Untuk mempermudah pembahasan masalah di atas, penulis mencoba untuk memahaminya dengan landasan teori berkaitan etika/moral, yaitu teori utilitarianisme. Dalam buku "Business Ethics-Concepts & Cases", Manuel G. Velasquez menulis ; Pendiri teori utilitarianisme adalah Jeremy Bentham (1748 - 1832). Dia dikenal sebagai pendiri utilitarianisme tradisional. Bentham berusaha mencari dasar obyektif dalam membuat keputusan yang mampu memberikan norma yang dapat diterima publik dalam menetapkan kebijakan dan peraturan sosial. Cara paling menjanjikan dalam memperoleh dasar obyektif semacam ini, menurutnya, adalah dengan melihat pada berbagai kebijakan yang dapat ditetapkan dan membandingkan keuntungan serta konsekuensi-konsekuensinya. Tindakan yang tepat dari sudut pandang etis adalah dengan memilih kebijakan yang mampu memberikan utilitas paling besar. Secara singkat, prinsip utilitarian menyatakan bahwa " suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang dihasilkan oleh tindakan lain yang dapat dilakukan"

Prinsip utilitarian mengatakan bahwa tindakan yang benar dalam suatu situasi adalah tindakan yang menghasilkan utilitas lebih besar dibandingkan kemungkinan tindakan lainnya, namun ini tidak berarti tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan utilitas paling besar bagi orang yang melakukan tindakan tersebut. Tetapi, suatu tindakan dianggap benar jika menghasilkan utilitas paling paling besar bagi semua orang yang terpengaruh oleh tindakan tersebut. Demikian juga prinsip utilitarian tidak menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap benar sejauh keuntungan dari tindakan tersebut lebih besar dari biayanya. Namun utilitarianisme meyakini bahwa, dalam analisis terakhir, hanya ada satu tindakan yang benar : tindakan yang memberikan keuntungan paling besar dibandingkan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari semua tindakan alternatif lainnya.

Utilitarianisme dalam banyak hal merupakan sebuah teori yang cukup menarik. Teori ini sangat sejalan dengan pandangan-pandangan yang cenderung kita usulkan saat membahas kebijakan pemerintah. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tepat adalah kebijakan yang memiliki utilitas terbesar bagi masyarakat, kebijakan yang mampu menghasilkan kebaikan terbesar bagi sebagian besar masyarakat.

Pandangan-pandangan utilitarian juga sangat berpengaruh dalam bidang ekonomi. Salah satunya adalah ketika berkenaan dengan bisnis dan keuangan. Perhitungan ala utilitaris ini dapat berlaku sebagai tinjauan atas keputusan yang akan diambil. Mengingat dalam keuangan yang ada kebanyakan adalah angka-angka, jadi keputusan dapat diambil secara mudah berdasarkan jumlah terbanyak bagi manfaat terbanyak.

ANALISA PERMASALAHAN

Dari permasalahan yang diangkat, "mengapa Singapura bersikap menyimpan para koruptor Indonesia di negerinya ?" , hipotesa awal penulis adalah :

* Hal tersebut dilakukan karena nilai manfaat yang diperoleh Singapura dari para koruptor Indonesia sangat besar

* Hal tersebut dilakukan karena tidak ada pelanggaran hukum

Dan menurut prinsip utilitarian tradisional, suatu kebijakan yang mendatangkan manfaat besar bagi banyak orang dapat dibenarkan.

Hipotesa diatas dapat dijelaskan dengan dasar pemikiran dan data-data studi literatur dari berita-berita /artikel di internet, sebagaimana diuraikan dibawah ini.

Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.[3]

Sumber pendapatan Singapura terbesar berasal dari hasil transaksi perdagangan. Sebagai negara yang mengandalkan pada perdagangan, Singapura sangat terbuka bagi siapa saja para pelancong yang mau membelanjakan uangnya atau para investor yang akan menanamkan modalnya. Kaitannya dengan para koruptor kalas kakap Indonesia, yang nota bene adalah orang-orang kaya, Singapura sangat tertarik untuk memanfaatkan mereka sebagai sumber pendapatan. Fakta membuktikan bahwa Singapura memang tidak mempersulit orang-orang semacam ini untuk tingal di Singapura entah hanya sekedar memarkir

...

...

Download as:   txt (14.9 Kb)   pdf (175.8 Kb)   docx (15 Kb)  
Continue for 7 more pages »
Only available on AllBestEssays.com
Citation Generator

(2011, 12). Memahami Sikap Singapura Menyimpan Koruptor Indonesia "sebuah Refleksi Sikap Moral Utilitarianisme Tradisional". AllBestEssays.com. Retrieved 12, 2011, from https://www.allbestessays.com/essay/Memahami-Sikap-Singapura-Menyimpan-Koruptor-Indonesia/14525.html

"Memahami Sikap Singapura Menyimpan Koruptor Indonesia "sebuah Refleksi Sikap Moral Utilitarianisme Tradisional"" AllBestEssays.com. 12 2011. 2011. 12 2011 <https://www.allbestessays.com/essay/Memahami-Sikap-Singapura-Menyimpan-Koruptor-Indonesia/14525.html>.

"Memahami Sikap Singapura Menyimpan Koruptor Indonesia "sebuah Refleksi Sikap Moral Utilitarianisme Tradisional"." AllBestEssays.com. AllBestEssays.com, 12 2011. Web. 12 2011. <https://www.allbestessays.com/essay/Memahami-Sikap-Singapura-Menyimpan-Koruptor-Indonesia/14525.html>.

"Memahami Sikap Singapura Menyimpan Koruptor Indonesia "sebuah Refleksi Sikap Moral Utilitarianisme Tradisional"." AllBestEssays.com. 12, 2011. Accessed 12, 2011. https://www.allbestessays.com/essay/Memahami-Sikap-Singapura-Menyimpan-Koruptor-Indonesia/14525.html.